Mungkin kalimat ini sudah tidak asing lagi di telinga
kalian. Kalimat yang dipakai para kaum laki-laki yang ditujukan untuk
mempersilakan wanita yang ada di depannya. Untuk lebih dahulu melangkah, masuk
ke dalam mobil, masuk lift, bahkan antri sekalian. Wanita yang mendengarnya
tidak jarang, atau dapat dikatakan pasti, melayang jika mendengar kata ini.
“Wah, sopan sekali orang ini,” “bener-bener cowok yang gentlemen ….” Atau
pikiran lain yang tak tentu arahnya.
Pertanyaannya budaya manakah ini? Tak dapat
dipungkiri lagi ini adalah budaya Barat yang mendunia seiring dengan
perkembangan bahasa Inggris yang menjadi bahasa Internasional -tapi bukan
berarti bahasa akhirat (harap dicatat)-. Nah, sebenarnya para pemakai istilah
ini, atau kita yang ikut-ikutan memakainya pernahkah berfikir tentang asal
muasal istilah ini sendiri. Asalnya dari mana? Banyak istilah atau adat
istiadat yang berasal dari Barat, walaupun tidak semuanya jelek, tapi sebagian
besarnya pasti jelek. Tidak sesuai dengan kebudayaan Timur apalagi ajaran agama
Islam. Ini adalah rahasia umum. Bukankah begitu?? Kita liat saja, seperti April
Mop, Valentine Day, Mother Day, dan lain sebagainya. Baiklah, untuk tidak
selamanya buta, mari buka mata….
Nah usut punya usut, asal mula istilah ladies first sendiri
berasal dari hal2 yang sama sekali tidak romantis. Ladies First konon merujuk
pada dua cerita orang2 Eropa masa lalu.
Cerita pertama adalah cerita manusia gua, dimana ketika ada
ancaman dari beruang/ musuh mereka meminta para wanitanya keluar duluan sebagai
pengalih perhatian, jadi klo ada yang mati duluan ya jelas wanitanya. Sementara
laki2nya bisa menikam beruang dari belakang, kelihatan gentle? boro2,
kemungkinan wanitanya mati duluan lebih besar daripada beruangnya, dan para
cowo? tetep selamat.
Kisah kedua mirip dengan
karangan Sir William Shakespeare tentang duo sejoli.
Istilah Ladies First berawal dari sebuah kisah yang datang dari Italia
pada abad 8 Masehi.
Seorang pemuda kaya,
keturunan bangsawan Italia mencintai perempuan miskin yang seperti cerita
umumnya, tak kan direstui orang tua si pemuda. Mereka pun berniat untuk
menikah. Segala rintangan pun dijejali sang pria akan tetapi tak pelak lagi
harapan mereka kandas. Tak mungkin orang tua dapat ditentang. Akhirnya pun
mereka sepakat untuk bunuh diri bersama. Caranya adalah terjun dari sebuah batu
besar, yang di bawahnya menganga lautan yang siap menelan.
Mereka pun berdiri di
sana. Berikrar setia. Diakhiri dengan loncatan sang pemuda dari batu tersebut
dan tentu saja langsung hilang terbawa gelombang dan dapat dipastikan, mati.
Ketika melihat pemandangan tragis ini, sang perempuan pun mengurungkan niat
bunuh diri. Mengkhianati slogan sehidup semati bersama dan kemudian pulang ke
desanya dan menikah dengan laki-laki yang semartabat dengannya (kelas rendah). Kejadian
ini pun yang memberi ilham kepada penduduk desa untuk tidak lagi mempercayai
perempuan dan mengedepankan mereka dalam segala urusan. Takut kejadian ini akan
terulang kepada mereka.
Dari
kisah ini kemudian menyebar istilah Ladies First yang telah kita ketahui.
Dan juga sekedar tambahan,
bahkan ketika ada peperangan, tentara Barat yang laki-laki selalu mengedepankan
perempuan untuk melangkah. Kenapa? Karena kalau ada jebakan atau bom yang
terinjak, bukan mereka yang langsung terkena, akan tetapi perempuan tadi.
Karena bagi mereka perempuan tak ada harganya.
Bahkan seramnya lagi, frasa ini dimanfaatkan tentara
Belanda zaman dulu. Maksudnya untuk membiarkan wanita jalan duluan sehingga
jika terdapat ranjau, bom, atau jebakan. Mereka menganggap bahwa wanita tidak
berharga. Wah.. Licik juga idenya... (._______.)
After all, memang sedikit orang yang tahu tentang ini
dan kelihatannya makna frasa 'Ladies First' sudah mulai bergeser. Biasanya,
lelaki zaman sekarang menggunakannya untuk membuat wanitanya jalan duluan. Si
lelaki bermaksud melindungi wanitanya dari mata 'nakal' lelaki lain. Mungkin
saja. Semoga saja. :D
No comments:
Post a Comment